Demikianlah ciri khas sebagian umat Islam di negeri kita yang cenderung
lebih suka menerima apa saja yang datang dari luar negeri, seperti HTI
misalnya, meskipun tidak tahu apa manfaat dan bahayanya, dari pada apa yang
murni digagas oleh tokoh-tokoh muslim nasionalis yang paling berpengaruh di
negeri sendiri.
Mereka, para peserta ISOMIL, banyak berharap kepada Nahdlatul Ulama
sebagai organisasi umat Islam terbesar di dunia untuk pro aktif bekerja sama
dalam mewujudkan perdamaian di seluruh wilayah muslim di Timur Tengah yang
tidak henti-hentinya dilanda konflik dan peperangan yang sangat merugikan umat
Islam, namun menguntungkan negara-negara Barat seperti Amerika dan
sekutu-sekutunya.
Keutuhan NKRI yang terjaga dengan baik tidak terlepas dari peran besar
warga NU yang sangat menaati para kyai mereka dalam hal pentingnya mencintai
dan membela tanah air (nasionalisme/ al-wathaniyyah) dan kepatuhan terhadap
ajaran agama. Keutuhan, kedamaian dan persatuan umat Islam dan non muslim di
seluruh penjuru Indonesia yang dibangun atas dār al-salām (bukan dār al-Islām)
dengan dasar PANCASILA itu sangatlah layak diteladani oleh umat manusia di
seluruh dunia, baik di Barat maupun di Timur, terutama negara-negara muslim di
Timur Tengah.
Umat Islam wajib membangun kesadaran beragama yang lebih positif,
menciptakan solidaritas, mewujudkan persatuan di bawah kepemimpinan setiap
ulamanya untuk mencegah terjadinya setiap kekerasan, pertikaian dan pertumpahan
darah atas nama agama, karena yang demikian itu justru merusak citra ajaran
Islam dan menodai kehormatan umat Islam di hadapan non muslim di seluruh
penjuru dunia, serta menciptakan ketegangan, kekerasan dan kecurigaan terhadap
umat Islam sendiri.